Miniatur Gunung Gamping

Wijayakusuma Pustaka berdiri secara simultan dengan berdirinya SMA N 1 Gamping. Tradisi khas di Gamping yang dilestarikan sampai sekarang adalah upacara bekakak di Gunung Gamping yang dilaksanakan dalam bulan Syafar, sehingga upacara bekakak lazim disebut juga Saparan yang bermakna upacara selamatan yang diadakan disetiap bulan Sapar.

Upacara ini diadakan atas perintah P. Mangkubumi. Saparan Gamping disebut juga Saparan Bekakak. Bekakak berarti korban penyembelihan hewan atau manusia. Bekakak pada saparan ini hanya tiruan manusia saja, berujud boneka pengantin dengan posisi duduk bersila yang terbuat dari tepung ketan.

Penyelenggaraan upacara saparan Gamping bertujuan untuk menghormati dan kirim do’a arwah Kiai dan Nyai Wirosuto sekeluarga. Kiai Wirosuto adalah abdi dalem penangsong (hamba yang memayungi) Sri Sultan Hamengku Buwana I pembawa payung kebesaran setiap berada dan tidak ikut pindah waktu dari keraton (pesanggrahan) Ambarketawang ke keraton yang baru. Bersama keluarganya ia tetap bertempat tinggal di Gamping, dan dianggap sebagai cikal bakal penduduk Gamping.